BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1989, para pemimpin
negara-negara yang terletak dilingkar luar Samudra Pasifik mengadakan pertemuan
multilateral dan mendeklarasikan berdirinya APEC, Asia Pacific Economic
Cooperation.
Dari segi
organisasi, kelompok bernama Asia Pacific Economic Cooperation ini
adalah yang terbesar di dunia. Selain beranggotakan 21 negara, APEC
memiliki kekuatan ekstra besar yang tidak dimiliki organisasi serupa di dunia
ini dalam konteks perekonomian.
Bayangkan
saja, APEC berpenduduk 2,3 miliar jiwa dari 6 miliar jiwa penduduk dunia.
Setengah dari perdagangan dunia terjadi di APEC. Sebesar 18 triliun dollar AS
produksi domestik bruto (PDB) dunia-dari total 30 triliun dollar lebih PDB dunia-
ada di APEC.
Lima dari
10 negara yang memiliki kekuatan perekonomian terbesar di dunia ada di APEC,
yakni Amerika Serikat (AS), Jepang, Cina, Kanada, dan Meksiko. Sangat akbar,
berwibawa dan berkekuatan luar biasa, itulah sebenarnya ciri-ciri lain dari APEC.
Berdiri
tahun 1989, misi APEC adalah menciptakan kawasan perdagangan bebas dan
membebaskan aliran investasi dari berbagai hambatan. Itulah tujuan utama dari
APEC pada awalnya.
Masalahnya,
berbagai hambatan pada perdagangan dan arus investasi global masih terhambat
sehingga memperlambat realisasi potensi perekonomian. Itulah alasan mengapa
sekelompok negara kemudian mengikrarkan pendirian APEC, dengan Australia sebagai
salah satu motornya.[1]
B. Pengertian
Berkaitan dengan judul makalah di atas, yaitu “Sejarah
Singkat APEC Dan Tantangan Yang Dihadapinya”
berikut ini penulis ingin menjelaskan beberapa istilah yang sering muncul
di dalam makalah ini. Penulis perlu menjelaskan istilah-istilah tersebut supaya
dikemudian hari tidak terjadi kesalahpahaman mengenai istilah-istilah yang
penulis pakai.
1.
Asia
Kata Asia mempunyai dua pengertian,
benua dan wilayah.
Benua Asia merupakan
wilayah yang mencakup daratan luas Afrika-Eurasia tanpa Eropa dan Afrika. Batas
antara Asia dan Eropa sangat kabur, yakni berasal di wilayah Dardanella, Laut Marmara, selat Bosforus, Laut Hitam, pegunungan Kaukasus,
Laut Kaspia, Sungai Ural (atau Sungai Emba), dan Pegunungan Ural hingga Novaya Zemlya, sedangkan dengan Afrika, Asia
bertemu di sekitar Terusan Suez. Sekitar 60% populasi dunia tinggal
di Asia. Lihat pula Eurasia.
Wilayah Asia merupakan benua Asia ditambah kepulauan
di sekitar Samudera Indonesia dan Pasifik.[2]
2.
Pasifik
Pada
dasarnya Pasifik merupakan nama suatu samudra, yaitu Samudra Pasifik. Samudra
Pasifik atau kadangkala juga disebut Lautan Teduh adalah kumpulan
semua laut di antara Asia dan Australasia di sebelah barat, Amerika
di sebelah timur, Antarktika di sebelah selatan dan Samudra
Arktik di sebelah utara.
Samudra Pasifik atau Lautan Pasifik
(dari bahasa Spanyol Pacifico,
artinya tenang) adalah kumpulan air
terbesar di dunia. Ia mencakup kira-kira sepertiga permukaan Bumi,
dengan luas sebesar 179,7 juta km² (69,4 juta
mi²). Panjangnya sekitar 15.500 km (9.600 mi) dari Laut Bering di Arktik hingga batasan es di Laut Ross di Antartika di selatan. Samudra Pasifik mencapai
lebar timur-barat terbesarnya pada sekitar 5 derajat U garis lintang, di mana ia
terbentang sekitar 19.800 km (12.300 mi) dari Indonesia hingga pesisir Kolombia. Batas sebelah barat samudra ini
biasanya diletakkan di Selat Malaka. Titik
terendah permukaan Bumi—Palung Mariana—berada di
Samudra Pasifik.
Samudra
Pasifik berisi sekitar 25.000 kepulauan (lebih dari jumlah kepulauan yang berada
di lautan dunia lainnya jika digabung), yang mayoritas terletak di selatan
khatulistiwa.
Di batasan ireguler
Samudra Pasifik terdapat banyak lautan, yang terbesar adalah Laut Sulawesi, Laut Koral, Laut Cina Timur, Laut Jepang, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Tasman dan Laut Kuning. Selat
Malaka menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra
Hindia di sebelah barat, dan Selat Magellan menghubungkan Samudra Pasifik
dengan Samudra Atlantik di sebelah timur.
Penjelajah Portugis Ferdinand Magellan adalah
orang yang menamakan Samudra Pasifik. Untuk sebagian besar perjalanannya dari Selat Magellan menuju Filipina, Magellan memang merasakan ketenangan
lautan tersebut. Tetapi, Samudra Pasifik tidaklah selalu tenang. Di mana Samudra
Atlantik melebar, Samudra Pasifik menciut. Hal ini menyebabkan banyak terjadinya
gempa bumi. Banyak angin puyuh dan badai yang merusak pulau-pulau di bagian
Pasifik dan tanah di sekitar Pasifik dipenuhi gunung berapi dan sering diguncang gempa bumi. Tsunami, yang disebabkan oleh gempa bumi di
dasar laut, telah menghancurkan banyak pulau dan menghapuskan seluruh kota.
3.
Kawasan Asia Pasifik
Suatu kawasan yang wilayahnya mencakup wilayah negara-negara yang terletak di
lingkar luar Samudra Pasifik. Yang masuk ke dalam kawasan ini adalah
negara-negara Amerika
Serikat (AS), Australia, Brunei Darussalam, Cile, Cina, Filipina, Hongkong,
Indonesia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru,
Rusia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
C. Pembatasan Masalah
APEC merupakan suatu bagian dari sekian fenomena
hubungan internasional yang muncul setelah berakhirnya Perang Dingin.
Permasalahan-permsalahan di dalam APEC sangatlah kompleks dan begitu luas untuk
dikaji. Demi terfokusnya pembahasan masalah dalam makalah ini, maka penulis
hanya akan berusaha menjawab beberapa permasalahan saja melalui makalah ini.
Berikut ini adalah beberapa permasalahan mengenai APEC yang akan penulis coba
untuk menjelaskannya dalam makalah ini.
1.
Bagaimana APEC dibentuk?
2.
Bagaimana APEC dikelola?
3.
Apa tantangan yang dihadapi oleh APEC saat ini?
BAB II:
LANDASAN TEORI
A. Teori Kawasan
Pada saat ini, konsep kawasan sangat banyak dipakai di
dalam memahami fenomena-fenomena hubungan internasional. Walaupun konsep dan
istilah ini banyak dipakai, namun banyak pihak yang memakainya dengan arti yang
berbeda-beda. Media massa mengartikan kawasan dengan arti suatu lokasi di mana
suatu kejadian terjadi. Sementara itu, para penstudi negara dan politik
mengartikan kawasan sebagai suatu bagian dari suatu negara.[3]
Kawasan bisa dikatakan sebagai suatu sub-sistem dari
sistem dunia. Kawasan tidak terbatasi oleh letak-letak geografis semata. Itulah
sebabnya mengapa negara-negara yang secara geografis punya hubungan yang erat
belum tentu berada dalam satu kawasan yang sama. Misalnya, walaupun India
sama-sama terletak di Benua Asia seperti Thailand, namun India tidak dapat
dikatakan sebagai salah satu bagian dari kawasan Asia Pasifik.
Menurut Barry Buzan (1998:70-74) sekelompok negara dapat
membentuk suatu kawasan apabila ketiga syarat terbentuknya kawasan ini dapat
terpenuhi, yaitu: adanya kesamaan karakteristik, terjadinya interaksi-interaksi
yang berpola dan adanya pemahaman yang sama.[4]
Kesamaan karakteristik dalam suatu kawasan ditandai oleh beberapa hal di
antaranya, kesamaan ciri-ciri geografi, bahasa dan budaya (bahasa & budaya
Arab, di Kawasan Timur Tengah), bentuk pemerintahan (pemerintahan demokrasi, di
Kawasan Eropa Barat) dan lain-lain.
Mengenai interaksi-interaksi yang berpola yang terjadi
di antara negara-negara, untuk melihat apakah interaksi-interaksi tersebut
mencirikan interaksi dari suatu kawasan, maka interaksi-interaksi ini harus
dilihat dengan beberapa ukuran. Pertama, kita harus melihat apa tipe dan pola
utama dari interaksi-interkasi yang terjadi. Apakah hubungan di antara
negara-negara dititikberatkan pada bidang ekonomi, militer, pembentukan alliance
dan budaya? Dalam suatu kawasan, biasanya interaksi hubungan (kerjasama) antar
negara yang dilakukan dapat mencakup lebih dari satu bidang.
Kedua, kita juga harus melihat semangat yang melandasi interaksi yang
terjadi di antara negara-negara. Suatu kelompok negara dapat kita katakan ada
dalam satu kawasan apabila mereka berinteraksi dengan tujuan untuk berintegrasi
maupun dengan maksud untuk saling menjatuhkan (lewat konflik, seperti yang
terjadi di Kawasan Asia Selatan, antara India-Pakistan). Ketiga, dengan mengukur
derajat hubungan/interaksi suatu kelompok negara, kita dapat menilai apakah
interaksi di antara negara-negara tersebut mencerminkan interaksi negara-negara
dari suatu kawasan. Negara-negara dalam suatu kawasan biasanya mempunyai derajat/intensitas
hubungan yang tinggi dan menarik untuk amati/dipelajari oleh pihak-pihak luar.
Selain ditentukan oleh kesamaan ciri geografi, bahasa,
budaya dan tipe serta derajat hubungan, ada tidaknya suatu kawasan juga
ditentukan oleh ada tidaknya pemahaman umum mengenai suatu kawasan tertentu.
Lebih mudah bagi sekelompok negara untuk membentuk suatu kawasan apabila
negara-negara tersebut dan negara-negara lainnya yang berada di luar kelompok
ini mengakui keberadaan kawasan yang mereka bentuk.
Fenomena kawasan muncul kepermukaan dan kawasan-kawasan
terbentuk oleh karena beberapa faktor yang salah satunya adalah adanya
globalisasi. Globalisasi menciptakan masalah-masalah yang kompleks, dan suatu
negara seringkali tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut sendirian. Dalam
situasi seperti ini, negara-negara perlu bekerjasama dan membentuk lembaga
manajemen kolektif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi
di era globalisasi.[5]
Berdasarkan penjelasan mengenai kawasan di atas, kita
dapat mengatakan bahwa Asia Pasifik merupakan suatu kawasan karena:
·
Negara-negara anggotanya mempunyai kesamaan karakteristik geografi,
yaitu terletak di lingkar luar Samudra Pasifik.
·
Negara-negara anggotanya mempunyai pola dan tipe interaksi yang
jelas, yaitu menjalin hubungan kerjasama di bidang ekonomi yang intensif.
·
Keberadaan kawasan ini telah diakui oleh negara-negara anggotanya
dan negara-negara diluar kawasan Asia Pasifik.
BAB III:
PEMBAHASAN MASALAH
A. Sejarah APEC
Secara harfiah, APEC merupakan singkatan dari Asia
Pacific Economic Cooperation, yaitu wadah kerja sama bangsa-bangsa di kawasan
Asia Pasific di bidang ekonomi. APEC resmi terbentuk pada bulan Nopember 1989 di
Canberra, Australia. Pembentukan forum ini merupakan usulan mantan Perdana
Menteri Australia, Bob Hawke, yang merupakan kelanjutan dari berbagai usulan dan
upaya untuk mengadakan kerja sama ekonomi regional Asia Pasific. Ada dua faktor
yang dominan yang mendorong lahirnya APEC yaitu:
q
Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan putaran Uruguay
yang dapat berakibat meningkatnya proteksionisme dan munculnya
kelompok-kelompok perdagangan seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas
Amerika Utara.
yang dapat berakibat meningkatnya proteksionisme dan munculnya
kelompok-kelompok perdagangan seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas
Amerika Utara.
q
Perubahan besar di bidang politik dan ekonomi yang sedang terjadi
dan berlangsung di Uni Soviet dan Eropa Timur.
Dua faktor inilah yang melatarbelakangi kelahiran
APEC, suatu forum kerja sama internasional yang dimaksudkan untuk meningkan
kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik terutama di bidang perdagangan dan
investasi. Itulah sebabnya mengapa APEC dapat dikatakan sebagai suatu forum internasional dengan fokus
perhatian pada masalah ekonomi dan bukan politik. Keanggotaannya bersifat
terbuka dan kegiatannya lebih menekankan pada kerja sama di bidang ekonomi.
Dengan perkataan lain, forum ini pada dasarnya ingin membentuk sebuah blok
terbuka yang keanggotaannya bersifat suka rela, dengan fokus perhatian pada
masalah ekonomi, bukan politik.[6]
Empat tahun setelah pendiriannya pada tahun 1989, para pemimpin
negara-negara anggota APEC mulai menggelar dialog intensif dan setahun setelah
mendirikan sekretariat pada tahun 1992 APEC mulai dengan tahap pembentukan visi.
Pada pertemuan para pemimpin ekonomi anggota APEC (AELM/APEC
Economic Leaders Meeting) yang pertama di Blake Island, Seattle, AS, APEC
menetapkan visi bahwa kawasan yang mewakili (saat itu) populasi 40 persen dari
penduduk dunia, dan Produk Nasional Bruto (GNP) mencapai sekitar 55 persen GNP
dunia siap, memainkan peranan penting dalam perekonomian dunia.
Berkaitan dengan ini, APEC mendukung sepenuhnya sistem perdagangan
multilateral serta yakin bahwa perdagangan dan investasi bebas akan mampu
mengantarkan Asia Pasifik menjadi kawasan yang memiliki peran penting dalam
perekonomian dunia.
Liberalisasi perdagangan dan investasi adalah merupakan sasaran
utama APEC dan hal ini menjadi sangat jelas sejak Deklarasi Bogor tahun 1994
ketika para pemimpin APEC menetapkan sasaran perdagangan bebas dan investasi
untuk negara maju tahun 2010 dan negara berkembang 2020.
Sejak digelarnya APEC Economic Leaders Meeting (AELM) di Seattle,
AS, tahun 1993, setiap tahun dilahirkan deklarasi atau kesepakatan bersama di
antara para pemimpin negara-negara anggota APEC. Deklarasi tersebut secara
kronologis bisa dilihat pada tabel di bawah.
1. Perubahan Strategi
Dari serangkaian deklarasi atau kesepakatan yang berhasil
dirumuskan dengan jelas, dapat diamati bahwa telah terjadi perubahan dalam
strategi APEC dalam upaya membuka pasar.
Jika sebelumnya ditentukan deadline bagi negara-negara
anggota untuk membuka pasarnya pada tahun 2010 (untuk negara maju) dan 2020 (untuk
negara berkembang), maka kini proses diubah menjadi keterbukaan pasar secara
sektoral satu per satu.
Artinya, negara anggota yang merasa sudah siap, bisa menentukan
sendiri sektor apa saja yang secepatnya mencapai ke-terbukaan pasar. Sedangkan
negara yang belum siap menyusul kemudian. Inilah yang kemudian disebutkan sebagi
liberalisasi dini secara sukarela (EVSL/ Early Voluntary Sectoral
Liberalization).
Adanya perubahan tersebut menunjukkan adanya keinginan untuk
menciptakan liberalisasi perdagangan dan investasi lebih cepat dan dalam waktu
yang bersamaan adanya keraguan akan kekompakan negara anggota dalam mencapai
tujuan yang telah dicanangkan.
Secara gamblang dapat dikatakan bahwa setiap negara mendukung
liberalisasi perdagangan dan investasi, bila dengan itu kemakmuran masyarakat
dapat ditingkatkan secara berarti.
Sebaliknya, bila liberalisasi tidak segera menghasilkan manfaat,
bahkan untuk sementara membebani masyarakat, akan muncul ketidaksetujuan, atau
alternatif lain yang dianggap lebih baik. APEC tampaknya dewasa ini dihadapkan
kepada berbagai pandangan kritis yang mempersoalkan keberadaan serta strategi
yang akan ditempuh.
2. Deklarasi Bersama Para Pemimpin APEC
a. 1993: Blake Island, Seattle, AS
Para pemimpin APEC berhasil menciptakan Visi Ekonomi (Economic
Vision of APEC Leaders). Dalam pertemuan ini disepakati untuk menciptakan
sistem perdagangan yang lebih terbuka di Asia Pasifik.
Cara yang akan ditempuh adalah dengan menetapkan kerangka kerja
sama perdagangan, investasi, dan pengalihan teknologi, termasuk permodalan. Para
pemimpin APEC menegaskan bahwa liberalisasi perdagangan dan investasi adalah
dasar identitas dan aktivitas APEC, dan kerja sama yang akan dijalin dilakukan
melalui kelompok kerja.
b. 1994: Bogor Indonesia
Pada pertemuan di Bogor disepakati bahwa negara yang sudah pada
tingkat industrialisasi (negara-negara maju) akan mencapai sasaran perdagangan
dan investasi yang bebas dan terbuka (liberalisasi) paling lambat tahun 2010,
dan wilayah yang tingkat ekonominya sedang berkembang paling lambat tahun 2020.
Sehubungan dengan ini, para pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk
memperluas dan mempercepat program pemudahan perdagangan dan investasi di
kalangan APEC. Selain itu, disepakati peningkatan kerja sama pembangunan di
antara anggota melalui program pengembangan sumber daya manusia, pengembangan
pusat-pusat pengkajian APEC dan kerja sama di bidang IPTEK (termasuk alih
teknologi). Deklarasi Bogor dikenal sebagai Deklarasi Tekad Bersama (Declaration
of Common Resolve).
c. 1995: Osaka, Jepang
Pada pertemuan di Osaka disepakati (Osaka Declaration) bahwa APEC
mulai melangkah ke tahap aksi dengan tiga pilar, yaitu perdagangan dan investasi,
fasilitasi serta kerja sama ekonomi dan teknik.
Prinsip-prinsip untuk memandu pencapaian liberalisasi dan
fasilitasi meliputi konsistensi dengan WTO, komparabilitas, nondiskriminasi,
transparansi, komprehensivitas, standstill.
Pada pertemuan di Osaka juga disepakati untuk menyusun agenda
Rencana Aksi individual dan Rencana Aksi Kolektif yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya di Manila.
d. 1996: Teluk Subic, Filipina
Pada pertemuan di Filipina disepakati untuk menciptakan
liberalisasi perdagangan dan investasi yang lebih progresif dan komprehensif
guna mencapai tujuan deklarasi Bogor. Para pemimpin APEC merekomendasikan
diadakannya penyempurnaan Rencana Aksi Individual masing-masing negara anggota
untuk dibahas dalam pertemuan di Vancouver, Kanada.
Selain itu disepakati pula untuk memfasilitasi dunia usaha dalam
melakukan transaksi bisnis baik di dalam maupun antaranggota ekonomi APEC.
Kesepakatan yang dicapai di Filipina ini disebut sebagai Rencana Aksi Manila
untuk APEC (Manila Action Plan For APEC/MAPA).
e. 1997: Vancouver, Kanada
Pada pertemuan ini disepakati penerapan paket EVSL atau
liberalisasi sektoral sukarela secara dini sebagai wujud rencana aksi
individual. Adapun sektor-sektor yang disetujui untuk diliberalisasi secara dini,
adalah ikan dan produk ikan, produk kehutanan, peralatan kedokteran, energi,
mainan, permata dan perhiasan, produk kimia, telekomuniasi serta peralatan
pengaman lingkungan, dan produk penunjangnya.
Dan sejumlah sektor yang ditolak liberalisasi dininya adalah,
sektor otomotif, produk pesawat terbang sipil, pupuk, karet dan karet sintesis,
minyak, dan produk minyak serta makanan.
f. 1998: Kuala Lumpur, Malaysia
Salah satu keputusan penting yang dihasilkan di Kuala Lumpur (Cyberjaya
Declaration), adalah kesepakatan mendesak negara industri maju untuk
membenahi institusi keuangannya (peraturan yang menyangkut keuangan).
Seperti diketahui pada pertengahan tahun 1997 beberapa negara di
Kawasan Asia dilanda krisis keuangan dan salah satu faktor yang memungkinkan hal
itu terjadi adalah kelemahan peraturan atau kebijakan keuangan di negara maju.
Selain itu negara maju diminta untuk lebih transparan menyangkut
standar internasional bagi institusi keuangan swasta yang terlibat langsung
dalam pergerakan arus modal internasional.
Pada pertemuan kali ini juga para pemimpin APEC mengharapkan agar
lembaga keuangan internasional dapat dan mampu menyajikan analis-analis yang
lebih obyektif. Selanjutnya para pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk
meningkatkan upaya-upaya inovatif dalam rangka pemulihan arus masuk modal. Hal
ini akan diupayakan melalui kerja sama dengan lembaga multilateral seperti Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB).
g. 1998: Auckland, Selandia Baru
Pada pertemuan Selandia Baru disepakati bahwa untuk mempercepat
pemulihan ekonomi dapat dan akan dilakukan melalui penajaman komitmen
liberalisasi dengan antara lain penghapusan hambatan perdagangan, baik tarif
maupun nontarif.
Selain
itu disepakati bahwa untuk memperkuat sistem ekonomi pasar di antara negara
anggota dipandang perlu membentuk pusat jaringan usaha kecil menengah (UKM).
B. Manajemen APEC
1. Anggota APEC dan Mekanisme Kerjasama APEC
Anggota APEC terdiri dari Amerika Serikat, Kanada,
Meksiko, Cile, Jepang, Hongkong, Republik Korea, Cina Taiwan, Republik Cina,
Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Indonesia, Papua
Nugini, Australia dan Selandia Baru.
Anggota-anggota APEC menjalin kerja sama melalui dialog-dialog yang dilakukan melaui pertemuan-pertemuan rutin. Ada dua jenis pertemuan dialog di dalam APEC, yaitu AELM dan KTM.
Anggota-anggota APEC menjalin kerja sama melalui dialog-dialog yang dilakukan melaui pertemuan-pertemuan rutin. Ada dua jenis pertemuan dialog di dalam APEC, yaitu AELM dan KTM.
AELM kepanjangan dari APEC Leaders Meeting adalah
forum pertemuan para pemimpin ekonomi APEC yang juga merupakan Pertemuan Tahunan
Kepala Negara APEC. AELM I diselenggarakan di Seatle, Amerika Serikat Tahun
1993. AELM II di Bogor, Indonesia 15 November 1994, AELM III di Osaka, Jepang
tahun 1995.
Selain melalui pertemuan tingkat kepala negara,
masing-masing pihak di dalam APEC juga mengadakan pertemuan lewat delegasi
menteri-menteri. Sejak terbentuknya APEC pada bulan November 1989, APEC
setidaknya telah mengadakan enam kali KTM.
Pertemuan-pertemuan ini dijadikan wadah bagi
anggota-anggota APEC untuk memperkuat level kerja sama di antara mereka, yang
terdiri dari tiga level kerja sama yaitu:
q
Kerja sama untuk menciptakan perdagangan bebas dan arus investasi
yuang lebih lancar di kawasan Asia Pasifik.
yuang lebih lancar di kawasan Asia Pasifik.
q
Program kerja penunjang perdagangan.
q
Kerja sama etnik/budaya.
2. Struktur Organisasi APEC
Struktur APEC terdiri dari KTM, SOM, Komite Perdagangan dan Investasi (CTI), Komite Anggaran dan Administrasi (BAC) dan Kelompok Ad-hoc mengenai ETI.
Secara khusus mengenai CTI, Komite Perdagangan dan Investasi ini mempunyai 10 program kerja yaitu:
q
Dialog kebijaksanaan perdagangan
q
Kepabeanan
q
Tarif
q
Investasi
q
Segi administrasi dari akses pasar
q
Standar dan konfirmasi
q
Pengusaha kecil dan menengah
q
Isu tambahan lainnya, seperti isu terorisme.
a. Program Kerja KTMSalah satu hal penting yang dihasilkan oleh KTM II dan KTM III adalah dibentuknya 10 kelompok kerja yaitu:
q
APEC Working Group on Trade and Investment Data Review
(Kelompok kerja Kajian Data Investasi dan Perdagangan).
(Kelompok kerja Kajian Data Investasi dan Perdagangan).
q
APEC Working Group on Trade Promotion.
q
APEC Working Group on Investment, Industrial Science and
Technology.
q
APEC Working Group on Human Resources Development.
q
APEC Working Group on Regional Energy Cooperation.
q
APEC Working Group on Telecomunication.
q
APEC Working Group on Transportation.
q
APEC Working Group on Tourism.
q
APEC Working Group on Fisheries.
q
APEC Working Group on Marine Resources Conservation.
Untuk mendukung tugas-tugas kelompok-kelompok kerja ini, APEC memiliki
kelompok ahli, yang disebut Eminent Person Group (EPG). EPG yang dibentuk pada
KTMIV di Bangkok bertugas mengadakan kajian/studi dan memberikan rekomendasi tentang tantangan dan peluang yang dihadapi APEC memasuki abad ke-21. Hasil studi EPG berupa laporan kepada KTM yang memuat rekomendasi yang telah mencakup pandangan-pandangan mengenai bentuk kerja sama perdagangan di kawasan Aisa Pasifik menuju suatu Masyarakat Ekonomi Asia Pasifik. Beberapa laporan penting EPG telah diserahkan kepada APEC. Di antara laporan-laporan tersebut adalah:
q
Pentingnya penyelematan dan menegakkan sistem perdagangan yang
terbuka.
q
Perlunya merumuskan gambaran jelas bentuk kerja sama ekonomi
sampai awal abad ke-21.
q
Pengidentifikasian beberapa ancaman terhadap kesinambungan
pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.
Dalam KTM APEC V di Seattle, EPG memberikan tiga kategori pokok untuk APEC.
Rekomendasi-rekomendasi EPG ini dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok yaitu:
q
Kelompok rekomendasi yang langsung dapat disetujui dan
dilaksanakan.
dilaksanakan.
q
Kelompok rekomendasi yang memrlukan pengkajian lebih lanjut oleh
SOM, Kelompok Ad-hoc, Komite Perdagangan dan Investasi, maupun kelompok kerja
APEC.
q
Kelompok rekomendasi yang belum dapat diterima dan diperlukan
pengkajian ulang oleh EPG.
b. Program Kerja AELMpengkajian ulang oleh EPG.
AELM merupakan forum pertemuan para pemimpin ekonomi APEC yang bersifat a) informal tidak ada agenda, dan tidak ada dokumen yang akan dibagikan; b) tidak akan
dikembangkan dan c) dibatasi pada pembahasan masalah-masalah ekonomi saja. Untuk menjaga sifat informal dari pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC (AELM), kegiatan-kegiatan APEC dibagi menjadi dua jalur kerja sama, yaitu: a) jalur kerja sama di
dalam proses APEC yang normal melalui serangkaian penyelenggaraan SOM
yang akan bermuara di KTM dan b) jalur kerja sama diluar proses APEC.
Dalam sejarah APEC, untuk pertama kalinya terselenggara suatu Pertemuan Informal Para Pemimpin Ekonomi APEC di Pulau Blake, Seatle pada tanggal 20 November 1993.
Isu-isu yang penting yang dibicarakan dalam AELM itu mencakup:
q
Pandangan para pemimpin APEC mengenai situasi ekonomi pada abad
21.
q
Pandangan para pemimpin mengenai prioritas di bidang ekonomi.
q
Mekanisme dan cara mencapai prioritas tersebut.
Pertemuan para pemimpin APEC menghasilakan 8 inisiatif yaitu:
q
Penyelenggaraan Pertemuan Para Menteri Keuangan.
q
Pembentukan Pacific Business Forum.
q
Pembentukan Program Pendidikan APEC.
q
Pembentukan Program Usaha Sukarela APEC.
q
Penyelenggaraan Pertemuan Para Menteri APEC yang menangani Usaha
Skala Kecil dan Menengah.
q
Pengembangan suatu Kode Investasi dengan prinsip non binding.
q
Pengembangan dialog kebijaksanaan "3E" ( Energy,
Environment and Economic Growth).
q
Pembentukan Pusat Pertukaran Transfer Teknologi.
C. Tantangan-tantangan Yang Dihadapi Oleh APEC Saat
Ini
Sejak berdirinya APEC, badan kerjasama ekonomi ini telah
menghadapi berbagai macam tantangan. Di antara tantangan-tantangan tersebut
adalah masalah dominasi AS dalam APEC, pergeseran misi APEC dan perpecahan dalam
APEC. Dalam penjelasan berikut ini, penulis akan menguraikan setiap tantangan
tersebut secara rinci.
a. Dominasi AS Di Dalam APEC
AS dengan kebijakan politik luar negerinya yang
mengedepankan power selalu berusaha menjadi controller dalam
berbagai forum kerjasama internasional, termasuk dalam APEC. Dalam Konferensi
Tingkat Tinggi APEC 2003 di Bangkok, Thailand, pada tanggal 20 Oktober, 2003,
isu nuklir Korea Utara, terorisme, dan
kegagalan pembahasan sistem perdagangan dunia mendominasi hari pertama. Fakta
ini membuktikan dominasi Amerika Serikat atas penyusunan topik yang dibahas di
APEC.
Bahkan sebelum pelaksanaan KTT tersebut, AS sudah
mengambil langkah-langkah awal untuk memantapkan dominasinya di APEC. Dalam
tur Asia sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) George Walker Bush telah
mencanangkan penekanan isu terorisme di forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Sebelum tiba di Bangkok, Bush mendarat di Tokyo, kemudian di Filipina, dengan
tujuan menggalang dukungan Asia untuk membasmi terorisme. Misi Bush yang lain
adalah meraih dukungan soal rekonstruksi di Irak. Bush juga sudah menekankan
bahwa dalam pertemuan puncak APEC dia akan menekankan "dunia ini masih
berbahaya".
Tentu saja
banyak pihak merasa keberatan dengan sikap AS dan agenda politiknya
dalam KTT APEC. Namun demikian, untuk mengurangi kritikan bahwa APEC telah
didominasi oleh AS melalui pemaksaan pembahasan isu-isu non ekonomi, pihak AS
mencoba memberikan argumentasi soal itu. Pada rangkaian pertemuan menteri
perdagangan dan menteri luar negeri APEC di Thailand pada minggu pertama bulan
Oktober 2003, AS lewat forum APEC memberikan sinyal bahwa buruknya keamanan akan
bisa merusak perekonomian anggota APEC yang merupakan tempat bagi 60 persen
kegiatan perekonomian dunia. Pihak AS lebih lanjut menegaskan bahwa keamanan dan
ekonomi tidak terpisahkan.[7]
Dominasi
AS juga nampak sekali dalam usulan mereka untuk membahas masalah nilai tukar
Yuan (mata uang Cina). Dalam pertemuan bilateral selama masa KTT APEC 2003, Bush
dan Presiden Cina Hu Jintao setuju untuk menunjuk para ahli membentuk panel.
Tujuannya, menjajaki tentang bagaimana Beijing bisa membuat nilai yuan dapat
mendekati nilai pasar. Sampai saat pelaksanaan KTT tersebut Cina masih
mengontrol dan mematok nilai yuan. Usulan AS ini berawal dari keluhan para
pebisnis AS yang mengeluh bahwa yuan memiliki nilai yang terlalu rendah (vastly
undervalued). Kondisi ini membuat harga komoditas ekspor Cina menjadi murah dan
menyerbu pasaran AS. Hal itu telah pula menyebabkan tergerogotinya sejumlah
kesempatan kerja di AS. Faktor tersebut telah membuat AS berusaha keras untuk
menekan Cina supaya mengambil kebijakan dalam bidang keuangan yang tidak
merugikan kepentingan pelaku-pelaku bisnis AS.
b.
Pergeseran Misi APEC
Dalam
KTT-KTT APEC akhir-akhir ini, pembahasan APEC tidak lagi terfokus pada
masalah-masalah ekonomi, akan tetapi justru berkisar pada isu-isu non-ekonomi.
Ini merupakan bukti nyata bahwa karena dominasi AS di APEC maka misi APEC telah
mengalami pergeseran.
Anggota-anggota
APEC sendiri banyak yang telah menyadari pergeseran misi APEC tersebut di atas.
Menanggapi pergeseran misi ini, sejumlah anggota forum APEC merasa keberatan
karena persoalan keamanan telah mengurangi penekanan APEC terhadap perekonomian
dan isu perdagangan. Topik non-ekonomi juga mengurangi fokus pembahasan pada
penghidupan kembali sistem perdagangan multilateral yang gagal pada pertemuan di
Cancun, Meksiko, awal September 2003.
Mahathir
Mohamad, yang pada tahun 2003 masih menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia
mengatakan, bahwa APEC dibentuk sebagai satu kelompok kerja sama ekonomi. Itulah
sebabnya Malaysia dan beberapa anggota APEC tidak setuju pengabaian isu ekonomi
dengan mengutamakan isu keamanan, militer, atau politik yang bukan merupakan
misi APEC. Untuk menjaga supaya APEC kembali pada misi awalnya, beberapa
pemimpin negara anggota APEC mencoba mendesakkan pembahasan isu ekonomi dalam
pertemuan-pertemuan APEC. Mereka menekankan pentingnya menciptakan peraturan
global perdagangan untuk menghasilkan pertumbuhan yang berimbang. Mereka meminta
agar agenda pembahasan perdagangan didorong, termasuk oleh APEC.
c.
Perpecahan Dalam APEC
Perpecahan
dalam tubuh APEC semakin kelihatan nyata. Pada
KTT APEC 2003 saja terdapat dua hal penting yang mengindikasikan adanya
perseteruan dan perpecahan dalam tubuh APEC. Seperti biasanya, di sela
pertemuan APEC 2003, Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan-pernyataan
diplomatic yang dapat membahayakan kesatuan anggota-anggota APEC. Dalam KTT APEC
2003, lewat Condoleezza Rice, yang waktu itu menjabat sebagai Penasihat Keamanan
Nasional Bush, AS mengecam PM Malaysia. Kecaman ini dilontarkan AS sehubungan
dengan pernyataan Mahathir pada KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI) bahwa
Yahudi mengatur dunia secara tidak langsung. AS mengatakan, pernyataan Mahathir
seperti itu bukan hanya terjadi sekali, tetapi sudah beberapa kali dan AS tidak
dapat mentolerir pernyataan racist semacam itu. Tentu saja pernyataan AS
ini menciptakan suatu perseteruan diplomatic antara AS dan Malaysia. Bila hal
ini dibiarkan saja, besar kemungkinan bahwa keharmonisan antar anggota APEC
dapat terganggu. Bukan hanya menyerang Malaysia, AS juga menyerang junta militer
di Myanmar dalam KTT APEC 2003. AS mengecam keras penahanan pejuang demokrasi
Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan kegagalan Myanmar memperkenalkan demokrasi.
Kecaman ini sudah pasti membuat pihak Myanmar berang dan makin menjaga jarak
dengan AS.
Ketika
pertemuan para pemimpin APEC berlangsung di Santiago, para pebisnis dan ekonom
di Asia Pasifik mengkritik APEC sebagai suatu forum kerjasama yang tidak
mengalami kemajuan yang berarti terutama dalam enam tahun terakhir. Bahkan dalam
usianya yang sudah 19 tahun, APEC dinilai terancam pecah. Niat APEC untuk
mengurangi hambatan pada aliran perdagangan dan investasi tidak memperlihatkan
gerakan. Menurut ekonom terpandang AS, APEC sedang berubah ke sistem perdagangan
global yang terbagi tiga (tripolar global trading system). Hal itu menjadi
ancaman bagi kesatuan APEC dan bertentangan dengan semangat Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO).
Potensi
keterpecahan APEC itu diutarakan ekonom AS, Dr Fred C Bergsten. Pada awal
1990-an, Bergsten merupakan bagian kelompok terkemuka (eminent persons group/EPG),
yang membidani perkembangan APEC. Dia mengatakan, APEC kini tampaknya lebih
tumpul. Liberalisasi Sukarela Sektoral Secara Dini (The Early Voluntary Sectoral
Liberalization)-diprakarsai oleh AS untuk membuat APEC segera mengurangi
hambatan perdagangan dan investasi di sektor tertentu-gagal terrealisasi karena
penolakan Jepang.
Rencana-rencana
Aksi Individu (The Individual Action Plans/IAP), yang diharapkan sebagai cetak
biru bagi anggota untuk mempercepat liberalisasi perdagangan, hanya berakhir tak
lebih dari sekadar laporan nasional. APEC didasarkan pada asas sukarela atas
inisiatif sendiri. Anggota APEC punya rencana sendiri-sendiri (IAP) soal
percepatan liberalisasi itu.
Namun,
penurunan tarif global berjalan lambat-termasuk di APEC, yang dipicu oleh
kegagalan WTO-mempercepat liberalisasi perdagangan. Sejumlah anggota APEC mulai
menciptakan kesepakatan perjanjian perdagangan bilateral sendiri atau dengan
beberapa negara di kawasan.
Padahal,
rencana APEC adalah untuk membentuk satu kawasan perdagangan bebas tahun 2010
bagi anggotanya yang lebih maju dan tahun 2020 bagi anggota yang masih
berkembang. Selain ada sejumlah perjanjian perdagangan bebas yang sudah
terbentuk, sejumlah perjanjian baru dalam proses perundingan. Dan semua itu
bukan dalam semangat tema APEC Cile 2004 "One Community, Our Future".
Di Asia
misalnya, 10 negara anggota ASEAN bersama Jepang, Korea Selatan, dan India
sedang mengarah pada pembentukan kelompok perdagangan tersendiri mencakup 3
miliar penduduk.
Perundingan
untuk formulasi Kawasan Perdagangan Bebas Amerika (Free Trade Area of the
Americans) juga sedang berlangsung. "Perjanjian seperti itu berkembang
pesat dan membentuk pengelompokan di APEC sendiri. Muncul peraturan perdagangan
yang saling tumpang tindih dan perjanjian perdagangan itu berkualitas rendah,"
kata Fred C Bergsten.[8]
Ekonom dari Korea Selatan, Kim Kih-wan,
juga mengingatkan bahwa kesepakatan itu bersifat diskriminatif dan akan
mengalihkan arus perdagangan di APEC menjadi antarkelompok sendiri. Kim
mengatakan, kesepakatan perdagangan di APEC telah terpecah menjadi kelompok Asia
dan Amerika, padahal Asia Pasifik memiliki APEC.
Hal itu
bertentangan dengan semangat WTO yang meminta agar perjanjian perdagangan
bersifat umum, berlaku bagi semua negara untuk mencapai efisiensi pada
perekonomian global. "Pembentukan kawasan perdagangan bebas seperti itu
akan menciptakan hostility (tindakan bermusuhan) dalam konteks
perdagangan," kata Kim, yang menjabat sebagai Ketua Dewan Kerja Sama
Ekonomi Pasifik (Pacific Economic Cooperation Council), think tank berpengaruh
di APEC. "Hal itu mengingatkan saya pada situasi sebelum Perang Dunia II
ketika terjadi polarisasi perdagangan global ke dalam tiga kelompok," kata
Kim.[9]
BAB IV:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian penutup ini penulis ingin menyimpulkan bahwa
APEC merupakan suatu forum kerjasama di bidang ekonomi bagi negara-negara yang
berada di kawasan Asia Pasifik. Forum kerjasama ini bersifat informal dan
didasarkan pada prinsip kesetaraan dan sikap saling menghormati serta memahami.
Pada perkembangannya pada masa akhir-akhir ini, sedikit banyak APEC telah
mengalami pergeseran tujuan dan misinya, yaitu dari kerjasama bidang ekonomi
menjadi kerjasama bidang politik dan keamanan.
Pergeseran fokus dan misi APEC ini terjadi karena
kuatnya dominasi AS di APEC, yang selalu memaksakan kepentingan politik dan
ekonominya kepada negara-negara anggota APEC lainnya. Dominasi AS tersebut telah
menimbulkan dampak lain yang cukup membahayakan masa depan APEC. Dampak lain
yang dimaksud adalah timbulnya perpecahan di antara negara-negara anggota APEC.
Dengan kondisi APEC yang sekarang, rasanya keberlangsungan dan besarnya manfaat
APEC bagi negara-negara berkembang patut dipertanyakan.
Akhir
kata, APEC masih bisa relevan jika kita go back to basics, tetapi
benar-benar memprioritaskan kepada apa yang realistis dan dapat dilakukan dalam
konteks APEC, dan mengurangi perlakuan diskriminatif dari negara-negara
anggotanya yang secara ekonomi mapan kepada negara-negara anggotanya dari
kelompok negara berkembang.
B. Saran
Untuk kemajuan dan perbaikan APEC, melalui bagian penutup makalah
ini, penulis ingin mengajukan beberapa saran diantarya:
1.
APEC bisa
berperan dengan program kerja sama ekonomi dan teknis yang konkret dan riil,
untuk membantu negara-negara anggotanya untuk implementasi perjanjian yang ada;
membangun lembaga, kapasitas dan SDM untuk menyikapi globalisasi; dan membantu
pemerintah di masing-masing negara untuk menyikapi kekhawatiran warganya
mengenai dampak negatif dari globalisasi secara bijak, dan tidak dengan menutup
diri atau meningkatkan proteksi dan mengunakan intervensi pemerintah.
2.
APEC perlu
mengarisbawahi beberapa prioritas program kerja ecotech, terutama
kapasitas untuk implementasi WTO, kapasitas menyikapi membangun sektor finansial
yang tangguh dan peningkatan perangkat manusia dan prasarana untuk menyikapi
sistem ekonomi baru yang didasari pengetahuan atau teknologi informasi (the
new knowledge based economy).
3.
Di samping
prioritas, tentunya harus ada komitmen konkret dalam bentuk dana maupun bantuan
teknis dan teknologi yang aktual dari negara-negara anggota yang lebih maju.
[1] Kompas, 21 Oktober, 2003:
“Quo Vadis Apec?”
[2]Ensiklopedia Wikipedia
online at http://ms.wikipedia.org/wiki/Asia
[3] Buzan, Barry. 1998, dalam Asia-Pacific
In The New Worl Order. Hal. 68. London: Routledge
[4] Ibid
[5] Hurrel, Andrew. 1995.
“Regionalism In Theoretical Perspective” in the book of Regionalism
In World Politics. Hal. 56. New York: Oxford University
Press, Inc.
[6] Silalahi, Pande Radja. “Di
Mana Tempat APEC: Gerbong atau Lokomotif?” Kompas, 16 November 2000
[7] Kompas, 21 Oktober: “AS
Mendominasi KTT APEC 2003”
[8] Kompas, 17 November, 2004:
“Ekonom Memperingatkan APEC Yang
Kian Terancam Perpecahan”
[9] Ibid
http://www.geocities.ws/irsjournal/APEC.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar