Rabu, 15 Mei 2013

10 Perusahaan Terbaik Versi Forbes


1. Telkom Indonesia


Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi milik pemerintah Indonesia ini merupakan yang terbesar di Indonesia. Telkom merupakan perusahaan terbaik di Indonesia menurut ukuran dari Forbes, dengan menempati posisi ke 684 dalam daftar 2000 perusahaan terbaik dunia.
Perusahaan Telkom Indonesia memiliki nilai pasar sebesar 18 miliar dolar untuk saham yang listing di bursa NYSE, AS. Saham TELKOM per 31 Desember 2008 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (52,47%) dan pemegang saham publik (47,53%). Saham TELKOM tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange, tanpa tercatat. Harga saham TELKOM di BEI pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 6.900. Nilai kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2008 mencapai Rp 139,104 miliar atau 12,92 % dari kapitalisasi pasar BEI.
Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh TELKOM, penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan, serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang, TELKOM menjadi model korporasi terbaik Indonesia.


2. Bank Central Asia 

Bank Central Asia dan Bank Mandiri merupakan bank-bank Indonesia yang diakui sebagai perusahaan terbaik dunia. Kedua bank yang memiliki cakupan ATM luas di seluruh Indonesia ini menempati posisi ke 796 dalam daftar 2000 perusahaan terbaik dunia versi Forbes di tahun 2010 ini.
Setelah pulih dari krisis keuangan tahun 1998 BCA mengambil langkah besar dgn menjadi perusahaan public di tahun 2000. Penawaran Saham Perdana berlangsung di tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham ke dua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.


3. Bank Mandiri 

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintaha Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah  Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim and Bapindo–dilebur menjadi Bank Mandiri.
Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.


4. Bank Rakyat Indonesia 

Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Bank ini telah berperan penting sejak didirikan pada tanggal 16 Desember 1895. Bank yang saat ini berusia 114 tahun ini secara resmi menjadi PT. BRI (Persero) Bank ini fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil.
Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar. Pada tahun 2010 ini menurut Forbes BRI merupakan perusahaan terbaik dunia yang berada di urutan 843.


5. Bank Negara Indonesia 

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Pada tahun 2010 ini menurut Forbes BNI merupakan perusahaan terbaik dunia yang berada di urutan 1412.

6. Bumi Resources 

Bumi merupakan perusahaan pertambangan batubara dengan pertumbuhan paling cepat di Asia dan tercepat kedua di dunia. Cadangan baru bara Bumi resources merupakan yang terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki unit bisnis antara lain: Kaltim Prima Coal, Arutmin Indonesia, Gallo Oil, Enercorp Ltd., Bumi Mauritania A.S, Gorontalo Minerals, Citra Palu Minerals, Herald Resources Ltd., Darma Henwa, dan Fajar Bumi Sakti. Perusahaan ini menempati posisi ke-1533 dari 2000 perusahaan terbaik di dunia.

7. Bank Danamon 

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) berdiri pada tahun 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 namanya diganti menjadi Bank Danamon Indonesia. Bank Danamon mengumumkan laba bersih (konsolidasi) setelah pajak sebesar Rp 2.003 miliar untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2005.
Bank Danamon juga mencatat pertumbuhan kredit sebesar 22%, yang mana 54% dari pertumbuhan tersebut disalurkan ke sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Perusahaan ini menempati posisi ke-1802 dari 2000 perusahaan terbaik di dunia.


8. Perusahaan Gas Negara 

Pada tahun 2009 lalu Perusahaan Gas Negara mencatatkan prestasi yang gemilang. Emiten berkode PGAS ini berhasil mencetak laba bersih hingga 881 persen dibandingkan tahun 2008 lalu. Dalam laporan keuangan 2009-nya PGN membukukan laba bersih sebesar Rp 6,223 triliun dari sebelumnya hanya sebesar Rp 634 millar.
Dalam laporan keuangan itu juga disebutkan bahwa penjualan perseroan naik dari Rp 12,79 triliun pada 2008 menjadi Rp 18,02 triliun di 2009. Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari lini distribusi yang mencapai Rp 16,380 triliun. Adapun pada, lini, bisnis transmisi, pendapatan meningkat menjadi Rp 1,62 triliun dari sebelumnya Rp 1,51 triliun. Dengan hasil tersebut, laba usaha PGN pun tercatat naik tajam dari Rp 4,65 triliun di 2008 menjadi Rp 7.676 triliun di 2009. Perusahaan ini menempati posisi ke-1915 dari 2000 perusahaan terbaik di dunia.


9. Semen Gresik 

Dominasi Perseroan dalam pangsa pasar domestik hingga 44.4% saat ini, menunjukkan keunggulan reputasi yang mencerminkan kekuatan corporate dan brand image Perseroan. PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen.
Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Perusahaan ini menempati posisi ke-1977 dari 2000 perusahaan terbaik di dunia.

  
10. PT Bukit Asam 

PT Bukit Asam (Persero) Tbk, untuk tahun buku 2009 menetapkan dividen final sebesar Rp 1,228 triliun,yakni 54 persen dari laba bersih perseroan tahun buku 2009 sebesar Rp 2,778 triliun. Dari laba tersebut, manajemen PTBA mengalokasikan dana CSR untuk Kemitraan & Bina Lingkungan masing-masing 2 persen dari laba, sebesar masing-masing Rp 54,6 miliar sehinga total Rp 109 miliar. Dibandingkan dengan dividen tahun buku 2008 sebesar Rp 853,9 miliar dari total laba bersih Rp 1,707 triliun, maka dividen yang dibagikan PTBA untuk tahun buku 2009 naik 43,8 persen.
Jika kita lihat perusahaan perbankan mendominasi, alasannya adalah karena perbankan mempunyai jaringan yang sangat luas sehingga jika perusahaan ini sehat maka dapat dipastikan pertumbuhannya pun akan sehat pula, sehingga dampaknya perusahan-perusahan ini bisa memiliki aset yang sangat besar


Jakarta - Selain berdampak pada industri lainnya, sektor industri jasa juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi dirinya sendiri. Namun, selama ini hal tersebut kurang diperhatikan, padahal dari beberapa sektor, justru menjadi nilai tambah Indonesia di mata internasional.

"Selama ini, statistik ekspor di Indonesia belum menempatkan jasa sektor jasa secara lugas. Sektor jasa masih didekati dalam proxy mengunakan remiten (uang kiriman dari TKI, Red.), dan hanya menghitung dari jumlah turis yang datang. Padahal sebenarnya jumlah sektor jasa Indonesia yang diekspor, lebih dari itu,” ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, dalam Seminar Menciptakan Industri Jasa Yang Berdaya Saing untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi: Logistik dan Ritel, di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (12/6).

Ia menjelaskan, di Afrika Selatan, jasa konsultan pertambangan Indonesia, diakui sebagai salah satu produk jasa yang sangat kompetitif di dunia. Sehingga jasa konsultan pertambangan minyak, gas dan mineral, sangat diminati. Selain itu, Timur Tengah juga menjadi salah satu pelanggan jasa konsultan pertambangan dari Indonesia.

“Contoh lainnya, jasa animator Indonesia dipakai industri film di Hollywood, Amerika, pada salah satu perusahaan animasi terkemuka. Selain itu, ada pula jasa konstruksi, arsitektur, dan desainer dari Indonesia," ujarnya.

Melihat potensinya yang sangat besar, Bayu menilai bahwa peranan jasa semakin meningkat, terutama dalam mendukung sektor-sektor lainnya.

"Hampir tidak ada sektor yang mampu berkembang tanpa dukungan sektor jasa yang baik. Dan jasa itu sendiri menciptakan nilai tambah, baik lapangan kerja, maupun meningkatkan pendapatan," ujar Bayu.

Bayu menambahkan, hipotesanya menunjukkan, kesempatan kerja pada sektor jasa justru lebih besar daripada sektor lainnya. Karena itu, Bayu sangat meyakini bahwa sektor jasa Indonesia ke depannya akan berkembang dan memiliki peranan yang lebih besar lagi. [WS]



Pertumbuhan Ekonomi, Kinerja, dan Saham Perusahaan Jasa Konstruksi Indonesia
Dalam banyak prediksi para analis, disebutkan bahwa tahun 2012-2013 adalah masa yang cukup baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara berturut-turut pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pada kisaran 5,5%-6,5% bahkan ketika krisis eropa sedang memanas lagi usai krisis pada 2008. Lalu bagaimana dampaknya bagi usaha Jasa Konstruksi di Indonesia ?
Tulisan berikut akan menyajikan data perkembangan saham dan sedikit ulasan mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap Tiga perusahaan Jasa Konstruksi terbesar Indonesia yang listing di Bursa Efek Indonesia yaitu:
1.      PT. PP (Persero)
2.      PT. Wijaya Karya (Persero)
3.      PT. Adhi Karya (Persero)
Adapun data-data diambil dari Bursa Efek Indonesia untuk data saham dan Biro Pusat Statistik untuk data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data tersebut dimbil dalam masa 3 tahun yaitu 2010,2011, dan 2012 (21 September). Adapun data pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai berikut:
§  2010 : Triwulan I – 1,9%, Triwulan II – 2,8%, Triwulan III – 5,8%, Triwulan IV – 6,1%
§  2011 : Triwulan I – 6,5%, Triwulan II – 6,5%, Triwulan III – 6,5%, Triwulan IV – 6,5%
§  2012 : Triwulan I – 6,3%, Triwulan II – 6,4%.
Sebagai informasi tambahan bahwa data pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak Triwulan I 2010 berdasarkan pada data PDB saat itu sebesar Rp. 1498,7 Triliun dan PDB Semester I – 2012 adalah Rp. 2050,1 Triliun atau PDB tumbuh sebesar 36,8% sejak Triwulan I 2010.
Sekarang mari kita cermati bagaimana kinerja saham yang dapat dianggap sebagai representatif kinerja masing-masing perusahaan jasa konstruksi Indonesia yang listing di BEI.
1.   PT. PP (Persero)
Berdiri tahun 1953 dengan nama NV Pembangunan Perumahan, mulai mengerjakan proyek-proyek berskala besar di waktu itu yaitu Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel, dan Samudra Beach Hotel. PT. PP (Persero) listing di BEI pada 9 Februari 2010 dengan harga IPO Rp. 560,-/lembar saham.  Berikut adalah grafik perkembangan saham emiten yang berkode PTPP.


Dari tabel di atas, terlihat bahwa harga tertinggi mencapai 1030/lbr setelah 7 bulan listing. Namun harga saham turun cukup jauh hingga di posisi 270/lbr pada triwulan III 2011. Pada tahun 2012 harga cenderung stabil di kisaran harga 550 – 700.
Hingga tulisan ini dibuat, harga saham PTPP adalah 660/lbr atau naik sebesar 17,9% sejak listing. Kenaikan ini yang merupakan representatif kinerja perusahaan tidak sebanding dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi  yang ada sejak Triwulan I 2010 saat perusahaan ini listing hingga saat ini yaitu sebesar 36,8%.
Namun demikian, jika melihat pertumbuhan net income pada kinerja semester I 2010 sebesar Rp. 25,2 Miliar, tumbuh cukup tinggi pada semester 1 2012 menjadi Rp. 64,9 Miliar atau tumbuh sebesar 158%. Jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Net Income merupakan tolok ukur riel kinerja suatu perusahaan. Sedangkan harga saham bisa jadi representatif segala kejadian dalam konteks investasi. Tentu saja kedua hal ini tidak dapat disamakan walaupun pertumbuhan laba / net income menjadi perhatian investor. Bisa jadi harga saham PTPP berada dibawah dari yang seharusnya? Mungkin saja.  Toh PTPP pernah mencapai harga tertinggi di 1030/lbr. Jika berpedoman terhadap harga tertinggi, maka kenaikan harga saham emiten ini hampir mencapai 84%. Cukup ideal untuk pertumbuhan laba yang cukup tinggi.

2.   PT. Wijaya Karya (Persero)
Dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.
WIKA listing di BEI dengan harga IPO Rp. 420,-/lembar pada 29 Oktober 2007. Berikut adalah perkembangan harga saham WIKA sejak tahun 2010.


Dari tabel di atas, terlihat bahwa harga tertinggi mencapai 1230/lbr yaitu pada saat tulisan ini dibuat. Namun harga saham sempat turun cukup dalam di 300/lbr pada Februari 2010. Namun harga tersebut perlahan-lahan menanjak hingga saat ini.
Hingga tulisan ini dibuat, harga saham WIKA adalah 1190/lbr atau naik sebesar 297% sejak Februari 2010. Kenaikan ini tentunya cukup fenomenal dibanding pertumbuhan PDB yang sebesar 36,8%. Tak ayal, emiten ini menjadi kesayangan investor.
Namun perlu pula diperhatikan mengenai pertumbuhan laba atau net income atas WIKA. Jika melihat perbandingan atas pencapaian semester I 2010 sebesar Rp. 140 Miliar dan semester I 2012 sebesar Rp. 180,07 Miliar atau terjadi pertumbuhan laba sebesar 28% dalam 2 tahun.  Hal ini berarti kenaikan harga saham terlalu tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan laba. Salah satu penyebabnya adalah bisa jadi pada awal 2010, WIKA masih terpengaruh akibat krisis moneter 2008 sehingga harga sahamnya menjadi jauh lebih rendah dari yang seharusnya.

3.  PT. Adhi Karya (Persero)
Nama Adhi Karya untuk pertama kalinya tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja pada tanggal 11 Maret 1960. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perseroan Negara Adhi Karya. Pada tahun itu juga, berdasarkan PP yang sama Perseroan Bengunan bekas milik Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associate NV, dilebur ke dalam Perseroan.
ADHI (kode emiten untuk Adhi Karya) listing di BEI dengan harga IPO Rp. 150,-/lembar. Berikut adalah perkembangan harga saham ADHI sejak tahun 2010.


Pada Awal Februari 2010, harga saham ADHI berada pada 370/lbr. Harga saham naik pada sekitar triwulan III 2010 hingga mencapai 1050/lbr. Namun harga saham turun selama setahun hingga mencapai 440/lbr pada akhir 2011. Harga kembali naik pada bulan Mei 2012 hingga mencapai 1140/lbr. Saat ini harga cukup stabil di angka 900/lbr.
Perkembangan harga saham emiten ADHI memang cukup fluktuatif. Jika dilihat sejak awal tahun 2010, harga saham telah mengalami kenaikan 149%. Cukup tinggi dibanding dengan pertumbuhan PDB dalam kurun waktu yang sama.
Bagaimana dengan pertumbuhan laba? ADHI menghasilkan laba sebesar Rp. 23,1 Miliar pada semester I 2010 dan naik menjadi Rp. 29,05 Miliar pada semester I 2012 atau mengalami kenaikan sebesar 25,8% dalam dua tahun. Angka pertumbuhan ini sedikit lebih rendah dibanding WIKA.
Kenaikan harga saham sebesar 149% tentu saja jauh di atas pertumbuhan laba. Lagi-lagi perlu diingat bahwa variabel harga saham tidaklah sesederhana variabel laba. Setidaknya ADHI bisa jadi lebih beruntung dengan pertumbuhan laba terkecil diantara PTPP dan WIKA, namun mendapat kenaikan harga saham yang cukup tinggi.
Financeroll – Penguatan ekspor yang didorong oleh meningkatnya ekspor nonmigas telah memberikan sinyal positif bagi kinerja ekspor Indonesia Juli 2012, di tengah melemahnya ekspor migas. Demikian diungkapkan Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan pada konferensi pers yang diselenggarakan di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (4/9).
“Total ekspor Indonesia di bulan Juli 2012 mencapai USD 16,2 miliar, meningkat 4,6% dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Peningkatan ini didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 5,0%, sementara ekspor migas hanya naik sebesar 2,7%,” sambung Mendag Gita Wirjawan. “Pertumbuhan ekspor Juli tahun ini sebesar -7,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY), lebih baik dari bulan Juni dan Mei yang masing-masing mencapai -16,2% dan -8,2%,” imbuh Mendag.
Secara kumulatif, ekspor Januari-Juli 2012 mencapai USD 113,1 miliar, menurun 2,4% (YoY). Penurunan ekspor terjadi akibat melemahnya harga komoditi ekspor utama Indonesia di pasar internasional, seperti batubara turun 19,0%, palm oil (8,2%), palmkernel oil (33,6%), udang (18,8%), karet (30,5%), dan barang tambang selain batubara rata-rata (22,3%).
Beberapa produk yang nilai ekspornya mengalami peningkatan signifikan antara lain: minuman naik lebih dari 1.200%, gandum-ganduman (698,9%), makanan olahan (54,1%), kendaraan dan bagiannya (39,2%), sabun dan pembersih (35,7%), dan minyak nabati (26,1%).
Ekspor Bulan Juli 2012 Naik 4,6% Setelah Sebelumnya Mengalami Penurunan Sementara itu, ekspor bulan Juli 2012 naik 4,6% (MoM) setelah sebelumnya mengalami penurunan. Ekspor bulan Juli 2012 tersebut mencapai USD 16,2 miliar, namun turun 2,5% dari bulan yang sama tahun lalu (YoY). Ekspor tersebut terdiri dari ekspor migas sebesar USD 3,0 miliar (naik 2,7% MoM dan turun 1,0% YoY) serta ekspor nonmigas sebesar USD 13,2 miliar (naik 5% MoM dan turun 2,9% YoY). Kenaikan ekspor nonmigas Juli dipicu oleh meningkatnya ekspor di sektor pertanian dan sektor industri yang masing-masing meningkat 20,6% dan 6,3% (MoM). Sementara kenaikan ekspor migas bersumber dari naiknya ekspor hasil minyak dan gas.
Selanjutnya Mendag Gita Wirjawan menjelaskan bahwa ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa negara emerging market seperti negara-negara di kawasan Afrika selama periode Januari-Juli tahun ini tumbuh pesat. Ekspor Indonesia ke Pantai Gading meningkat 391,6% (YoY)menjadi USD 71,97 Juta pada Januari-Juli tahun ini. “Ekspor Indonesia juga meningkat pesat ke beberapa negara lain seperti Lybia, Mauritania, Pakistan, Yaman, Angola, Djibouti, dan Saudi Arabia yang masing-masing meningkat 357,8%, 287,5%, 83,5%, 83,5%, 74,9%, 65,6%, dan 52,6%,” ujar Mendag.
Catatan tersebut menunjukkan bahwa peningkatan impor telah mengkonfirmasi pertumbuhan ekonomi nasional yang baik. Total impor Indonesia bulan Juli 2012 mencapai USD 16,3 miliar, mengalami penurunan sebesar 2,4% (MoM), namun naik 13% (YoY). Impor selama bulan Juli 2012 terdiri dari impor nonmigas yang mencapai USD 13,6 miliar, naik 1,7% (MoM) namun turun 2,9% (YoY) dan impor migas sebesar USD 2,7 miliar, turun 18,5% (MoM) namun naik 4,9% (YoY).
Total impor Januari-Juli 2012 mencapai USD 112,8 miliar, meningkat 13% (YoY). Impor nonmigas mencapai USD 88,6 miliar (naik 15,5%) sementara impor migas mencapai USD 24,2 miliar (naik 4,9%). Tingginya kenaikan impor Indonesia selama periode Januari-Juli 2012 tidak terlepas dari peningkatan impor dari beberapa negara pemasok utama, seperti Jepang, China, Malaysia, Thailand, dan AS yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 33,3%, 18,5%, 15,7%, 12,5%, dan 12,3%.
Mendag menggarisbawahi bahwa sejauh ini impor Indonesia masih didominasi bahan baku dan barang modal. Impor selama Januari-Juli 2012 masih didominasi oleh impor bahan baku/penolong yang mencapai 73% dan barang modal (20%). Impor barang modal selama Januari-Juli 2012 mencapai USD 22,9 miliar meningkat 32,6% (YoY). Impor bahan baku/penolong sebesar USD 81,9 miliar, namun hanya tumbuh 9,3% (YoY) lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tumbuh 22,0% (YoY). Sementara impor barang konsumsi meningkat 5,4% menjadi USD 8 miliar. “Lonjakan impor barang modal dan bahan baku/penolong didorong oleh membaiknya realisasi aktivitas investasi dan meningkatnya output industri di tanah air terutama didorong oleh impor kapal terbang & bagiannya (naik 63,9% YoY); ekscavator (52,7%), dan damper (34,5%),” ujar Mendag.
Sementara itu, surplus perdagangan selama periode Januari-Juli 2012 sebesar USD 335 juta, mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai USD 16,2 miliar. Penurunan surplus dipicu oleh menurunnya surplus perdagangan non migas yang hanya mencapai USD 1,3 miliar, turun 91,5% (YoY) dan defisit perdagangan migas sebesar USD 1,0 miliar.
Penurunan surplus perdagangan nonmigas tersebut dipicu oleh melemahnya permintaan pasar ekspor Indonesia yang merupakan imbas dari krisis global yang masih belum memberikan kepastian penyeselesainnya. Untuk bulan Juli sendiri, neraca perdagangan mengalami defisit USD 176,5 juta, berkurang dibandingkan defisit bulan lalu yang mencapai USD 1,3 miliar.
Penurunan surplus perdagangan nonmigas dipicu oleh meningkatnya defisit perdagangan Indonesia dengan beberapa negara mitra dagang utama antara lain China, Thailand, Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Swedia. Negara mitra dagang yang masih memberikan surplus terbesar terhadap neraca perdagangan nonmigas Indonesia meskipun mengalami penurunan antara lain India, Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, dan Spanyol. Kondisi sebaliknya terjadi pada Filipina, dimana surplus perdagangan Indonesia dari negara tersebut pada periode Januari-Juli 2012 sebesar USD 1,62 miliar, meningkat dari tahun lalu yang sebesar USD 1,59 miliar.
Namun demikian, Kementerian Perdagangan mengupayakan kinerja ekspor tetap membaik melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan promosi untuk meningkatkan Nation Branding, promosi ekspor ke negara-negara emerging market. Kegiatan promosi untuk tahun 2012 terdiri dari 3 Pameran Besar, yaitu satu instore promotion, 13 Pameran Luar Negeri Aktif, dua Pameran Menengah Besar, 10 Pameran Luar Negeri Mandiri, Partisipasi di 12 Pameran Dalam Negeri, dan lima Misi Dagang. (@hqeem)

Negara Arab Saudi dan Pakistan hingga periode Juni 2012 menjadi negara terbesar tujuan ekspor non-migas Indonesia. Sejumlah komoditas ekspor utama Indonesia ke dua negara tersebut antara lain adalah produk otomotif kendaraan roda empat serta kelapa sawit, batu bara dan kacang areca.

"Arab Saudi dan Pakistan jadi tujuan ekspor tertinggi dimana nilainya berturut-turut mencapai 947,5 juta dollar AS dan 757,48 juta dollar AS," kata Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan saat jumpa pers mengenai Kinerja Perdagangan Indonesia semester I-2012 di Jakarta, Jumat (24/8).

Pada periode yang sama 2011, nilai ekspor Indonesia ke Arab Saudi dan Pakistan berturut-turut adalah sebesar 659,79 juta dollar AS dan 428,98 juta dollar AS.
Negara lain yang menjadi tujuan ekspor utama Indonesia dengan nilai dibawah Arab Saudi dan Pakistan adalah Kenya, Finlandia dan Djibouti.

Menurut Gita, nilai ekspor non-migas Indonesia pada semester I-2012 berjumlah 76,826 juta dollar AS atau turun 2,79 persen secara tahun ke tahun. “Komoditas utama yang menyumbang angka terbesar adalah bahan bakar mineral dengan nilai 13,955 juta dollar AS,” ungkap Gita

Selain itu komoditas lemak dan minyak hewan atau lemak nabati menempati posisi kedua dengan nilai 10,245 juta dollar AS.


Penasihat Ekonomi ICAEW dan Kepala Bidang Makroekonomi Cebr, Charles Davis, mengatakan, sektor jasa Indonesia akan tumbuh hingga 54 persen pada tahun 2020. Semakin tingginya pengeluaran untuk perjalanan wisata menjadi salah satu pendorongnya.
"Pada tahun 2020, kami bisa memperkirakan sektor jasa Indonesia meningkatkan hasil nasionalnya sebanyak 6 persen hingga 54 persen," kata Charles, dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (25/5/2012).
Ia menerangkan, sektor jasa nasional bisa tumbuh hingga 7,8 persen per tahunnya. Angka tersebut melampaui pertumbuhan PDB Indonesia yang diperkirakan bisa mencapai 6,1 persen per tahun.
Charles menyebutkan, pertumbuhan sektor jasa tersebut akan didorong oleh pengeluaran untuk perjalanan, wisata, dan hiburan yang lebih tinggi. Dan juga didukung oleh lebih banyaknya layanan kesehatan dan pendidikan, sekaligus layanan usaha yang mendukung peningkatan kompleksitas dari basis industri.
Untuk diketahui saja ICAEW adalah organisasi keanggotaan profesional, yang mendukung lebih dari 138.000 akuntan resmi di seluruh dunia. Melalui pengetahuan, keterampilan, dan keahlian teknis, organisasi ini memberikan wawasan dan kepemimpinan kepada profesi akuntansi dan keuangan dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar